Wednesday, July 1, 2015

Gunung Lawu : Indah, Tenang dan Teduh, Begitulah Dia

"indah, tenang dan teduh itulah sisi lain dari Lawu dengan berbagai cerita sejarah dan misteri yang ada di dalamnya"



Jika banyak orang mengenal jalur pendakian menuju puncak Gunung Lawu adalah Cemoro Sewu dari Sarangan atau Cemoro Kandang dari Tawangmangu ternyata ada satu jalur yang jarang di lalui banyak orang, yaitu via Candi Cheto dari Karanganyar.




Candi Ceto
Merupakan candi bercorak agama Hindu yang diduga kuat dibangun pada masa-masa akhir era Majapahit (abad ke-15 Masehi). Lokasi candi berada di lereng Gunung Lawu pada ketinggian 1496 mdpl dan secara administratif berada di Dusun Ceto, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar. 
Kompleks candi digunakan oleh penduduk setempat dan juga peziarah yang beragama Hindu sebagai tempat pemujaan. Candi ini juga merupakan tempat pertapaan bagi kalangan penganut kepercayaan asli Jawa/Kejawen.



Perjalanan menuju jalur pendakian dihiasi dengan kebun teh indah sepanjang perjalanan dan jalan yang sedikit curam. Tidak banyak pendaki yang melewati jalur ini, bahkan ketika itu hanya tim kami saja.

Perjalanan kali ini adalah pengalaman yang berbeda dari pengalaman naik gunung sebelumnya. Dimana tidak ada teman satu tim yang dikenal sama sekali, pendakian dengan jumlah orang dan cowok dalam tim terbanyak dan tergolong paling muda sendiri diantara yang lain. *hahaha maaf mba / mas*
Total orang dalam perjalanan kali ini sejumlah 12 orang, dari Jakarta 8 orang (Bang  Ipoy, Bang Yuher, Bang Iwan, Bang Ari, Bang Dandi,  Saya, Mba Nunuz, dan Mba Karisha), malang 1 orang (Mba Ega) dan Jogja 3 orang (Bang Oki, Bang Jojo, dan Bang Wisnu). Hebatnya di tim ini, dari kami ber-12 belum ada yang pernah ke Gunung Lawu via Cheto ini, juara memang hahaha.

Akhirnya Bang Yuher selaku ketua dalam pendakian ini menginstruksikan, sebagai pemimpin perjalanan adalah Bang Jojo di depan dan bagian sweeper adalah Bang Yuher di belakang. Tidak ada yang duluan dan tidak ada yang tertinggal jauh di belakang, semua harus bersama dan saling menunggu.

Suksesnya sebuah pendakian bukan hanya sebatas tibanya seorang pendaki di puncak tertinggi gunung namun juga sukses dalam hal keselamatan timnya, baik saat awal keberangkatan sampai kembali pulang ke rumah.
Sangatlah jauh, itulah yang dirasakan saat mendaki Lawu via Cheto ini. Jalur  pendakian yang sangat jarang di lalui orang ini begitu rapat dengan ilalang di kanan dan kiri, tapi bagusnya jalur pendakian lumayan terlihat dengan baik.




Jangan ditanya mengenai bagaimana jalur pendakian via Cheto ini, datanglah dan rasakanlah.


Apa yang unik dari Gunung Lawu via Cheto ini ?

Selain di dahului oleh beberapa Candi dan peninggalan bersejarah diawal pendakian yang tak pernah di rasakaan sebelumnya, setiap pos yang ada di sepanjang jalur ini dibangun dengan spanduk - spanduk bekas yang dibuat seperti bivak dan dapat di gunakan untuk berteduh di kala hujan. Waw!




Setelah perjalanan yang sudah menghabiskan waktu kurang lebih delapan jam kamipun memutuskan untuk mendirikan tenda di Pos 5, di Pos inilah pemandangan savanna Gunung Lawu dimulai.

Indah, tenang dan teduh begitulah suasana yang tergambar saat sampai disini. Seakan semua terbayar dengan keindahan yang disajikan.

Tidak ada perjuangan yang sia - sia, sejauh apapun langkah yang sudah di lalui. Berliku dan berkelok adalah sebuah proses dalam mencapainya, nanti saat sudah sampai ditujuan semua akan terbayar dengan sempurna. Memang benar, usaha berbanding lurus dengan hasil.







Srikandi-nya Lawu nih..beuh ketje abisssss!

Perjalanan kembali dilanjutkan, semangat!

Setelah perjalanan yang dirasa sangatlah jauh dan panjang ini, sampailah kami di salah satu tepat bernama Gupakan Menjangan. Seperti ada di belahan bumi entah sebelah mana, hamparan savanna begitu menghipnotis mata dan fikiran.


"Perpaduan Ranukumbolo di Semeru dan padang savanna di Argopuro, begitulah Gupakan Menjangan"

Belum pernah sih memang ke kedua gunung tersebut, tapi setidaknya sedikit merasakan gambaran langsung suasana di kedua tempat tersebut.. as soon as posible, semoga bisa kesana nanti. aamiin ya!








Inilah bagian dari surga milik Gunung Lawu yang tak banyak orang tahu, Gupakan Menjangan.

Perjalanan masih berlanjut dan sampailah di Pasar Sapi aka Pasar Setan (?)
terlepas dari berbagai macam cerita mistis yang ada di Gunung Lawu mungkin Pasar Sapi aka Pasar Setan ini adalah bagian dari cerita yang tak terlepas di dalamnya. Apa ceritanya? Silahkan googling sendiri hehehe



Saat berada di Pasar Sapi ini kita sudah mencapai ketinggian 3000-an mdpl, artinya puncak semakin mendekat. Tepat sekali, Warung Mbok Yem terlihat!



Tetoooot...

Ternyata itu bukanlah bangunan warung Mbok Yem itu, itu adalah tempat persinggahan para penziarah. Tapi tenang, tidak ada 10 menit dari tempat tersebut sampailah kita di Warung Mbok Yem!

"Alhamdulillah, sampai juga di warung tertinggi di Indonesia." 


jangan mau kalah sammbok Yem, dia aja pake panel solar tuh. mantaaaaap!


pose dulkak, ini persis di depan warung mbok Yem nih

Ada satu makanan yang tidak boleh di lewatkan untuk di coba yaitu pecel telornya Mbok Yem. Rasanya memang sama saja seperti pecel - pecel kebanyakkan tapi yang membuatnya beda adalah makan pecel di ketinggian 3000-an mdpl, luar biasa.
Sampai - sampai ditemukan ayam tertinggi di Indonesia yang mencari makan di depan warung milik Mbok Yem ini. Ayam yang sangat hebat! *prok prok prok*

Dari Warung Mbok Yem menuju puncak Hargo Dumilah kurang lebih 20 menit. Semangat begitu menggebu - gebu, puncak... puncak.... puncak......
Ketika di perjalanan ada burung Jalak khas Lawu, konon kalau kita dapat melihat burung tersebut berarti kita di terima di gunung tersebut dan katanya juga burung itu dapat menunjukkan arah jika ada pendaki yang tersesat, wallahu' alam ya. Warna burung ini hitam dengan patuk berwarna kuning - oren.

Akhirnya sampai lah di 3265mdpl, Puncak Hargo Dumilah.


bait terakhir dalam Indonesia Raya, hiduplah Indonesia Raya.....................
akhirnya ini dia Hargo Dumilah loh Mak, Pak!



Gaya yang tak boleh tertinggal hahahaha perkenalkan, Utami Kamil nya....
*jangan dijitak plizzzzz yach*

"Pejalanannya menghabiskan waktu sampai berpuluh - puluh jam, saat di puncak hanya sampai sejam kurang"
begitulah pendakian karena,

Sejatinya pendakian bukan hanya sekedar puncak tapi kembali lagi dengan selamat sampai di rumah bertemu orang yangi cinta, begitu.
Perjalanan pulang melewati jalur yang berbeda, yaitu Cemoro Sewu. Berbeda dengan jalur Candi Cheto ini, melalui Cemoro Sewu bukanlah tanah atau akar melainkan berbatuan yang sudah disusun seperti tangga. Lumayan.... bikin kaki sedikit berkonde :')
Jangan khawatir kalau ke Lawu via Cemoro Sewu, tidak perlmembawa perbekalan terlalu banyak karena sepanjang pos di jalur pendakian ini adalah warung.

Teh manis? indomie? tempe goreng? apa lagi? pokoknya ada deh hehehe

sampai jumpa di lain kesempatan, guys! senang bisa kenal kalian lahhhhh :)


Total Waktu Tempuh :

Via Candi Cheto
Candi Cheto - Pos 1 : 7.40 - 9.10
Pos 1 - Pos 2 : 9.20 - 10.25
Pos 2 - Pos 3 : 10.35 - 12.33
Pos 3 - Pos 4 : 12.50 - 14.56
Pos 4 - Pos 5 : 15.15 - 17.35
Total perjalanan : kurang lebih 9,5 jam

Menuju Hargo Dumilah:
Pos 5 - Mbok Yem : 9.20 - 12.00
Mbok Yem - Puncak Lawu : 12.20-12.50
Total perjalanan : kurang lebih 3,5 jam

via Cemoro Sewu:
Puncak - Mbok Yem : 13.05 - 13.39
Mbok Yem - Pos 5 : 14.40 - 15.17
Pos 5 - Pos 4 : 15.17 - 15.38
Pos 4 - Pos 3 : 15.38 - 16.13
Pos 3 - Pos 2 : 16.15 - 16.50
Pos 2 - Pos 1 : 16.50 18.07
Pos 1 - Base camp Cemoro Sewu : 19.07 - 20.00
Total perjalanan : kurang lebih 7 jam.

Biaya pengeluaran :
• Tiket kereta pp (St. Senen - Solo Jebres) : 180.000
• Elf pp (Solo Jebres - Jalur Pendakian) : 45.000
• Sharecost logistik : 50.000
• Makan dan minum selama perjalanan : 35.000
• Kenang2an Lawu (marchandise) : 90.000
Total : 400.000

No comments:

Post a Comment