Monday, March 23, 2015

Explore Banyuwangi : Dari Daratan Bertemu Laut lalu Ketinggian

Aku sampai.
Tahun ini memang tahun dimana aku mempunyai harapan dapat berkelana ke beberapa tempat di wilayah Indonesia yang sudah masuk dalam dream list ku.
Apa aja? ada deh hehehe

Ini edisi Explore Banyuwangi dan sekitarnya.





Kamis, 5 Maret 2015
Siang itu di Stasiun Senen, Jakarta perjalanan ku dimulai. Duduk kurang lebih 12 jam harus di lalui bersama kawan baru sesama pejalan yang ku temui di website berkelana, backpackerindonesia.


kali ini pergi bareng mereka juga, Mba Dyah dan Mba Sari :)

Kala itu kereta Kertajaya melaju menembus panas di siang hari sampai malam datang dan tepat sekitar pukul 02.00 aku sampai.

Jumat, 6 Maret 2015
Hari berganti dan sekarang aku di Pasar Turi. Halo Surabaya!
Tak lama menginjak kota pahlawan ini, aku harus langsung bergegas melanjutkan perjalanan di malam panjang menuju Banyuwangi.
Perjalanan cukup jauh bahkan teramat jauh dari apa yang sebelumnya aku kira.

Dihari yang sama, aku berpindah lagi.
Aku di Banyuwangi!

Tempat berkelana yang dituju adalah Baluran, salah satu dari tiga taman nasional yang ada di Banyuwangi.
Kala itu Baluran tak gersang, mungkin tidak cocok jika di sebut Africa van Java..
Switzerland van Java? ah, itu milik Garut.

Baluran menghijau.
Bekol, salah satu savana disana terlihat cantik dengan permadani hijau yang mengelilinginya.
Baluran berbeda, tak sama seperti bidikan gambar yang di ambil banyak orang.
Tapi aku suka.


"pohon itu sudah terlalu lama sendiri dan asik sendiri, sama kayak lagu Kunto Aji."(https://instagram.com/p/0SzIXIvIZG/)

"Savana Bekol pun menghijau."


pengen gegulingan ya hahaha

Dalam perjalanan menuju Pantai Bama, aku melihat Kijang, Banteng, dan Merak dari kejauhan. Seperti berada di dalam study tour milik taman kanak - kanak, aku riuh dan berisik, seperti tamasya di Taman Safari, begitulah.

Lalu, aku berlanjut menuju Pelabuhan Ketapang. Bersiap menyebrangi lautan menuju Bali Barat selama 1 jam.

Aku berpindah lagi, sekarang aku di Bali Barat.


Sabtu, 7 Maret 2015
Aku di Bali Barat.
Menjangan, itu lah tempat berkelana selanjutnya.

Walau langit tak biru sebiru hati ini, tapi panorama kala itu tetap indah. Terlihat bukit - bukit yang mengelilinginya dan terlihat Gunung Raung yang mengintip - intip.


"gunung dan laut selalu punya cerita"


Menjangan merupakan suatu pulau yang terdapat pura di dalamnya, yang digunakan sebagai tempat beribadah warga Bali Barat. Tak ada penginapan disana dan kita hanya dibolehkan berada disana 3 jam saja, begitulah peraturannya. Tak cukup memang dan hal itulah yang membuat aku ingin kembali. Di tempat ini juga terdapat patung, Sang Hyang Ganesha.

Selain panorama di atas lautnya yang indah ternyata ada hal yang sangat membuat ku rindu dan tak ingin pulang, taman bawah laut surgawinya.
Warna - warni dan aneka ragam rupa ikan ada disana!
Disini aku melihat lumba - lumba melompat di habitat aslinya. *priceless*

"katanya sih tebing dalam air perairan di pulau ini adalah salah satu tebing terbaik di dunia. tapi, cukup miris dan ironis liat beberapa karang yang rusak sepertinya patah karena keinjek2 fin, jadi kesel sendiri liatnya dan disitu kadang saya merasa sangat begitu sedih..........tolong di perhatikanlah."


"halo, patrick!"

(https://instagram.com/p/0jgIygPIZl/)
(https://instagram.com/p/0f3otyPIYc/)

Menjangan, aku jatuh cinta.

Tak puas hanya di Menjangan, setelah menyebrang kembali ke Banyuwangi lalu berkelana di lanjutkan menuju Pantai Pulau Merah yang merupakan salah satu bagian di Taman Nasioanal Alas Purwo.
Ada tumpeng di pantainya! :)


"ini dia tumpengnya haha
Halo, Se
mesta!"

"......Kita tidak perlu berdiri di sisi yang berseberangan. Kita bisa bersebelahan,

kita mulai dari hari ini." (Dua Sisi - Kurniawan Gunadi)

"Soe Hok Gie pernah bilang kalo hidup adalah soal keberanian. Menghadapi yang tanda tanya, tanpa kita bisa mengerti, tanpa kita bisa menawar. Terimalah dan hadapilah, gitu."


Minggu, 8 Maret 2015
Aku di Ijen.
Ijen kala itu berbeda, hanya itu kata - kata yang bisa di ucap.
Trekking yang dikira hanya seperti Bromo, ternyata treknya menanjak dan disertai jalur berpasir. Hati - hati, saran aku gunakanlah sepatu yang nyaman!

Dikarenakan cuaca yang tak bersahabat, tiada blue fire kala itu. Mungkin, Maret di musim penghujan seperti ini bukanlah waktu yang berjodoh dan tepat. Nanti kita bisa kembali, di bulan Agustus yang indah.

"kala itu kabut turun melengkapi suasana dingin penuh harap. lalu, diam-diam ada seseorang yang berharap-harap pada suatu harapan yang tak memberi harap."


"Kawah Ijen rasa nano nano. berselimut kabut, dingin, basah, resah, gelisah, meranah yang bikin rindu dan berkesan. gak pernah kejebak badai sebadai badainya di gunung, disini malah kejebak. konyol ya? iya banget! hahaha aseli lah tapi juara kok, gak akan lupa! 

terima kasih untuk cerita berbedanya, Kawah Ijen."


"masih di Kawah Ijen. memulai perjalanan dalam keadaan hujan rintik kadang sedang, disertai dingin di pagi buta pukul 03.00 demi blue fire, tangan membeku serasa mati rasa, jas ujan ala kadar, robek pula dan di karetin, jalan berkabut sampai jarak pandang kurang dari 1 meter. herannya masih bisa foto saat kembali turun dengan raut muka sesumringah ini, padahal semua di luar harapan kan, Tam? hahaha.............................."


Terima Kasih untuk teman berkelana kali ini :)

Mba Ester, Mba Dian, Mba Sari, Mas Wahyu, Billa, Mba Cindy, Mba Dyah, Mas Donny, Mas Fisyal, Mas Tebe, Mba Fany, Mas Firman, Mas Tony, Mas Rohmat dan Mba Nia.



see
you
 next trip!

No comments:

Post a Comment